Konsep Peternakan Rumung (Ruminansia-Unggas) : Sumber Gizi Murah bagi Keluarga


Mungkin saat ini tidak banyak generasi muda saat ini, terutama yang udah mau menikah, memikirkan bagaimana caranya nanti ketika sudah berkeluarga, bisa menyediakan makanan keluarga yang kaya gizi, terutama protein hewani, tanpa harus menyebabkan anggaran harian jadi bengkak. Atau bagaimana caranya, dengan penghasilan pas-pasan bisa setiap hari menyuguhkan telur rebus/goreng sebagai santapan bergizi bagi anak-anak. Sehingga harapan bagi tumbuhnya generasi yang cerdas dan cemerlang (brighter generation) bisa terwujud. Atau mungkin sudah terpikirkan, tapi butuh refrensi alternative bagaimana melakukannya?..sudahkah anda?..

Saya sendiri sih belum berkeluarga (hehe,doakan segera), tapi saya ingin membagi beberapa hasil pengamatan saya tentang bagaimana melakukan semua itu, yang mungkin sebagian orang berpikir nggak mungkin. Saya pribadi berpendapat, itu sangat mungkin. Bagaimanakah caranya? Adalah dengan membuat sebuah peternakan yang kecil namun terintegrasi, saya namakan konsep ini dengan nama Rumung, yaitu konsep peternakan yang mengintegrasikan model peternakan ternak ruminansia (sapi) dengan peternakan unggas (ayam kampung). Dan saya sarankan juga bagi anda, bahwa sebaiknya cari lokasi tempat tinggal di pedesaan, karena bisa lebih leluasa menerapkan konsep ini. Di kota juga bisa, namun harus melihat analisa SWOTnya, memungkinkan apa tidak.
Mengapa harus sapi dan ayam kampung. Pertama kedua jenis hewan ternak ini sudah umum dipelihara masyarakat dan relatif mudah dipelihara. Kedua, bahan pakan kedua jenis ternak ini sangat mudah didapatkan. Ketiga ternak sapi dan ayam bisa hidup berdampingan, bahkan menghasilkan suatu ekosistem yang mutualistik. Keempat, dari ternak ayam kampung bisa didapatkan produk telur dan daging bergizi bagi keluarga, sedangkan sapi bisa menjadi semacam tabungan masa depan keluarga. Kan lebih baik menabung uang dalam bentuk ternak, daripada di bank, apalagi bank Century, hehehe. Artinya melalui kedua jenis ternak ini, kita bisa mengkonversi (bio-konversi) berbagai macam jenis bahan/sampah organik menjadi suatu produk bergizi dan murah untuk dikonsumsi keluarga (from farm to table).
Nah bagaimana melakukannya? Klo yang sudah saya lakukan, saya memelihara sekitar 15 ekor ayam kampung dan satu ekor sapi. Dari satu ekor sapi ini, bisa menghasilkan sekitar 25-30 kg kotoran (faeces), tergantung jumlah konsumsi hariannya. Nah dari kotoran inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber makanan baru bagi ternak ayam. Karena ternyata kotoran sapi ini bisa menjadi sumber munculnya belatung dan cacing tanah. Kedua jenis hewan “menjjikkan” ini mengandung protein kasar minimal 60%, dan setahu saya juga memiliki kecernaan yang sangat tinggi. Tentunya ini menjadi sumber pakan murah yang luar biasa berkualitas untuk mengoptimalkan daya produksi ayam kampung yang saya pelihara. Setidaknya dari kehadiran belatung dan cacing ini, bisa membantu menghemat sekitar 20-30% kebutuhan pakan bergizi bagi ayam. Kalau satu kilogram dedak sekarang seharga Rp.1800,00, dalam sehari butuh sekitar 2 kg dedak untuk 15 ekor ayam. Maka kita bisa hemat Rp. 540,00 (30%) dari pengeluaran untuk membeli dedak. Ayam bisa tumbuh lebih gemuk-sehat dan produktif menghasilkan telur, karena ada imbuhan lebih pakan berprotein tinggi dan kecernaan tiinggi. Belum lagi ditambah kehadiran rayap, pakan hidup berprotein tinggi yang juga sangat disukai oleh ayam. Mutualis ayam terhadap sapi, adalah dengan dipatuknya belatung yang ada di fesesnya, kehadiran penyakit dan lalat bisa ditekan. Klo bagi yang pelihara? Jelas berupa daging ayam, telur ayam kampung dan ternak sapi yang sehat.
Kalau sudah berjalan stabil, anda pasti akan menikmati hasilnya. Sudah tidak perlu lagi ada berita anak kurang gizi, atau keluarga tidak tumbuh dan hidup sehat hanya karena kesulitan menghadirkan makanan bergizi dirumah. Nah, apakah anda tertarik untuk mencoba?..:)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...