Dalam rangka meningkatkan keuntungan produksi, terutama usaha ternak pedaging, baik sapi potong, babi atau unggas, peternak berupaya memberikan suplementasi bagi ternak mereka agar pertumbuhan daging lebih cepat dan berat, kadar rendemen karkas lebih tinggi serta kadar perlemakan yang lebih tipis. Produk suplementasi terkait juga terus dikembangkan oleh para ahli, bahkan hingga saat ini riset tersebut masih berlangsung untuk mencari suplemen carcass modifier yang terbaik dan paling ekonomis.
Jurnal berikut ini memaparkan suplementasi Beta Agonist Clenbuterol [benzyl alcohol, 4-amino-α-(t-butylamino)methyl-3,5 dichlorol] dan pengaruhnya terhadap komposisi karkas, performa fisik, profil kimiawi sampel darah dan profil VFA (volatie fatty acid) pada rumen yang diambil dari 24 ekor sapi Hereford tipe steer. Sapi steer merupakan sapi yang sudah dikastrasi oleh peternak, dengan tujuan mempengaruhi kerja hormonal dan fisiologis ternak agar lebih cepat gemuk.
Dalam jurnal ini juga sedikit
disinggung mengenai pemakaian Beta Agonist Clenbuterol [benzyl alcohol, 4-amino-α-(t-butylamino)methyl-3,5
dichlorol] dalam mempengaruhi pertumbuhan
karkas pada unggas dan domba. Sebagai catatan penulis, isu pemakaian beta agonist dalam
pakan ternak di Indonesia masih dilarang oleh pemerintah. Melalui Surat Edaran No:
30059/HK.340/F/11/2011 menyatakan “Pelarangan untuk peredaran dan penggunaan
obat hewan kelompok beta agonist 2 tersebut karena tidak terdaftar serta
berbahaya dan tidak aman bagi hewan, manusia dan lingkungan. Adapun yang
termasuk kelompok beta agonist 2 antara lain adalah Salbutamol, Clenbuterol, Albutamol,
Salmoterol, Farmaterol, Cimaterol dan Zilpaterol.
Berikut beberapa
link tambahan yang bisa diakses mengenai beta agonist dan fenomena pemakaiannya di
Indonesia.
Untuk bisa
membaca lebih detail mengenai jurnal ini, silahkan download link dibawah ini.
0 comments:
Post a Comment