Impor Bebek, Solusi Cerdas bagi Ketahanan Pangan?

bebek-peking-0 Setelah perunggasan nasional hancur dengan jatuhnya harga ayam hingga di bawah BEP, baru-baru ini perunggasan negeri ini kembali harus menelan pil pahit. Tanggal 26 Februari 2007, Departemen Pertanian mengizinkan importasi 450 ton daging bebek beku asal Malaysia melalui pelabuhan Belawan, Medan. Departemen beralasan bahwa ini dilegalkan karena Malaysia sudah bebas flu burung (FB), selain itu untuk memenuhi kebutuhan daging bebek peking bagi restoran mewah dan hotel karena pasokannya masih kurang. Dari fenomena ini, tak terhindarkan timbul kesan, impor adalah solusi yang paling mudah diambil pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan bangsa ini. Salah satu tokoh perunggasan nasional berkomentar, kebijakan impor daging bebek lebih mengarah pada kepentingan sesaat tanpa memikirkan perkembangan perunggasan nasional. Pernah, 2003 Mentan Prof Bungaran Saragih berencana mengimpor telur dari Malaysia. Kebijakan tersebut banyak menuai kritik keras. Telur impor diyakini akan melemahkan pasaran telur lokal, karena harga telur impor jauh lebih murah. Dikhawatirkan kebijakan tersebut akan merugikan peternak lokal. Berdasarkan data yang ada, diketahui laju pertumbuhan peternakan broiler dan layer kala itu, dalam kurun 2000-2003 masing-masing 23,4 % dan 10,27 %.



Jangan Buang Devisa


Seharusnya pemerintah harus lebih berhati-hati dan mempertimbangkan dengan matang kelayakan impor dilakukan pada kondisi saat ini. Apabila hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar elit, mengapa harus mengorbankan nasib para peternak kecil yang mengandalkan penghidupannya dari usaha tersebut.
Berita impor unggas ini tak pelak sedikit banyak akan berimbas pada harga produk unggas. Ditambah lagi saat ini para peternak sedang dalam kondisi yang memprihatinkan akibat wabah FB. Banyak peternak unggas di Jawa Timur  gulung tikar akibat hantaman wabah FB dan harga produk unggas yang jatuh. Padahal peternakan adalah salah satu komponen penggerak perekonomian mikro bangsa ini. Solusi utama menyelesaikan problem ketahanan pangan nasional semestinya dengan swasembada, bukan dengan impor. Ketimbang membuang devisa negara untuk membeli produk peternak luar negeri, jauh lebih baik dana itu digunakan mengonsumsi produk  lokal karena nilai lebihnya bermanfaat bagi peternak kita.


Fakta Berkebalikan, Sebuah Ironi
Adalah sebuah ironi ketika negara ini lagi-lagi impor. Sementara plasma nutfah dan potensi alam begitu melimpah. Negeri ini punya itik Alabio, Mojosari dan berbagai ras itik lokal lain yang menunggu untuk dikembangkan lebih besar lagi. Sehingga konsep ketahanan pangan nasional dalam memenuhi kebutuhan protein hewani dapat dicapai dengan mengandalkan produk negeri sendiri. Negeri ini katanya negeri agraris, maka idealnya menjadi net exportir produk pertanian termasuk peternakan. Fakta berkebalikan terjadi pada negara ini. Mayoritas pasokan kebutuhan pangannya dipenuhi produk impor. Mulai dari beras, daging sapi, susu, jagung dan sekarang ditambah daging bebek. Jangka pendek bisa jadi kebijakan ini menyelesaikan masalah. Tapi bagaimana dengan akibat jangka panjang?


Iri yang Mengkhawatirkan
Tak menutup kemungkinan kebijakan impor daging bebek ini membuat iri impor-impor produk peternakan yang lain. Akhirnya, ketika terjadi kekurangan pasokan produk peternakan lain, impor menjadi sebuah solusi primadona. Ini sangat mengkhawatirkan. Permasalahan yang menimpa bangsa ini sudah sangat kompleks, maka seyogyanya satu persatu masalah tersebut dikikis. Permasalahan peternakan adalah permasalahan ketahanan pangan, dan permasalahan pangan adalah permasalahan vital yang menyangkut hajat hidup masyarakat banyak. Permasalahan ini harus ditangani secara profesional dengan mempertimbangkan banyak aspek terutama bagaimana efeknya pada masa mendatang. Permasalahan pangan bangsa ini harus dituntaskan dengan segera. Dan swasembada adalah cara terbaik dalam menyelesaikan masalah ini. Anda punya pendapat lain ?


(artikel ini diterbitkan di majalah Trobos edisi 1 Mei 2007 atau klik di Impor Bebek, Solusi Cerdas bagi Ketahanan Pangan?)

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...