5 LANGKAH EMAS OPTIMALISASI SISTEM PERDAGANGAN SAPI NASIONAL

-->
-->
Ide judul artikel saya kali ini bersumber dari permasalahan yang saya temui di lapang, ingatan akan diskusi dalam perkuliahan dulu dan terakhir saat ikut berdiskusi di sebuah grup Facebook bernama Indonesia Young Cowboys (IYC) mengenai pro-kontra impor sapi. Tapi yang jelas bukan dari termin Politik Dagang Sapi ya..#eaa..:) Kemudian saya mencoba mapping apa yang menjadi key point permasalahan dan juga solusinya, agar lebih mudah dibaca secara lengkap. Saya sangat serius.com. Dari mapping tersebut, saya melihat pokok masalah per-SAPI-an di Indonesia adalah di sistem perdagangannya. Saya berpendapat, sistem yang ada sekarang masih belum optimal. Kok bisa begitu? Ya karena terbukti saat ini masih saja bermasalah, masih saja belum bisa membantu mengangkat kesejahteraan peternak kecil/rakyat lokal, dan masih saja menyebabkan hal lain yang menjadikan Indonesia sebagai importir besar sapi dan daging sapi. Lantas apa solusi terbaik yang bisa dijadikan pilihan? Saya menyarankan ada 5 langkah emas yang bisa dilakukan agar system perdagangan sapi di Indonesia bisa lebih optimal. Saya sangat yakin ini adalah langkah emas :).
1. Revitalisasi dan standarisasi pasar hewan tradisional
Saya kira peran pemerintah disini sangat DOMINAN. Secara lebih detail, langkah pertama ini adalah pemerintah melakukan pendataan pasar hewan tradisional yang ada di Indonesia, SEMUA, kondisi fisik infrastruktur dan fasilitas vital pasar hewan termasuk timbangan ternak. Jika ada yang rusak atau kurang baik, maka harus diperbaiki dan diuji, biasanya uji timbangan sapi dilakukan oleh tim dari UPT Kemetrologian (maaf ya jika namanya salah..#eaa..). Saya meletakkan revitalisasi dan standarisasi pasar hewan tradisional di urutan pertama karena perannya yang sangat urgent, SUPER DUPER PENTING. Selama ini dalam pandangan saya, peternak kecil, menengah hingga besar dan termasuk blantik (makelar ternak,red) cenderung was-was ketika melakukan transaksi tawar-menawar/jual-beli ternak, karena akurasi timbangan yang digunakan sangat lemah. Jika semua fasilitas dan infrastruktur sudah diperbaiki dan distandarisasi, diharapkan semua yang memiliki kepentingan melakukan transaksi jual beli ternak SAPI bisa merasa lebih “AMAN dan NYAMAN”, karena transaksi dapat dilakukan dengan cara yang lebih “ADIL dan SEHAT”.

2. Proteksi harga komoditas ternak sapi
Bicara harga, berarti bicara berapa uang yang akan didapat, berapa keuntungan yang bisa didapat dalam suatu jual-beli. Jika harga sapi stabil dan menarik, orang akan lebih bergairah berbisnis sapi. Itulah yang menjadi keinginan bersama. Tapi fakta yang saya lihat, harga sapi sangat labil, fluktuatif tinggi, dan bahkan lebih banyak jatuhnya ketimbang naiknya. Faktor harga sapi yang labil sangat signifikan mempengaruhi gairah peternak lokal dalam menjalankan usaha ternak sapi, baik itu segmen fattening, breeding atau trading. Peternak bisa menjadi putus asa ketika nilai jual ternaknya jatuh akibat imbas kedatangan sapi impor/daging impor atau permainan tengkulak besar. Perlu diketahui, mayoritas peternak sapi di Indonesia adalah peternak kecil dengan modal kerja kecil dan rata-rata kepemilikan ternak hanya 1-2 ekor/peternak. Mereka orang dengan modal kepepet, sekali harga sapi jatuh, alamat modal kepepet tadi jadi modal “ter-copet”. Hilang. Ludes. Dan perlu diketahui kembali, proteksi harga jelas merupakan kewenangan pemerintah. Itu jelas, masak APFINDO atau PPSKI yang membuat kebijakan proteksi harga. Jelas ndak bisa. Usul bisa, tapi policy tetap di tangan pemerintah. Pemerintah harus menggunakan otoritas dan kapasitasnya dengan baik untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap peternak lokal melalui proteksi harga komoditas ternak sapi.

3. Membangun pelabuhan khusus perlintasan ternak
Yuk bersama-sama kita jawab satu pertanyaan berikut : Apakah kita menyadari negara kita, Indonesia, adalah negara kepulauan yang dihubungkan oleh banyak lautan?..
Semakin kita menyadari bahwa negara ini adalah negara kepulauan, semakin kita menyadari tingginya urgensi membangun suatu pelabuhan khusus untuk komoditas ternak hidup seperti sapi, yang layak, save, baik itu dalam skala kecil atau besar. Semakin kita menyadari komoditas hidup seperti ternak sapi yang jelas berbeda dengan komoditas benda mati, semakin kita menyadari urgensi pelabuhan khusus yang mudah diakses dan aman bagi komoditas ternak., seperti sapi.
Jika saya atau anda mencari data tentang peternakan, misalkan dengan memanfaatkan search engine internet seperti Google, untuk mendapatkan data populasi ternak sapi dan data konsumsi daging di daerah di Indonesia. Anda akan melihat tren data yang sangat bervariasi di setiap daerah, betul tidak?. Ada daerah di pulau A dengan populasi sapi tinggi, kebutuhan dagingnya medium, lalu ada daerah di pulau B dengan populasi sapi rendah, kebutuhan daging tinggi sehingga butuh pasokan sapi dari luar daerah. Kondisi ini dengan sendirinya akan memicu perdagangan sapi dan daging antar pulau-antar daerah. Suatu potensi yang harus didukung maksimal, terutama dengan infrastruktur pelabuhan yang ideal.

4. Revitalisasi dan standarisasi RPH
Kasus rekaman video penganiayaan sapi yang muncul di TV swasta Australia yang diduga terjadi di sebuah RPH di Indonesia pada pertengahan 2011 lalu, menjadi kasus besar yang memaksa Indonesia tidak bisa melakukan import sapi dalam kurun waktu pendek. Kran import sapi dibuka kembali oleh Australia dengan mensyaratkan perbaikan proses pra dan pasca pemotongan ternak (slaughtering) di RPH agar sesuai standar yang ditetapkan Australia’s Department of Agriculture, Fisheries and Forestry’s (DAFF). Berkaca dari kasus tersebut, saya melihat memang sudah saatnya RPH (Rumah Potong Hewan) yang ada di Indonesia di-revitalisasi dan ditetapkan standar kerja yang baik dan benar. Bagaimana cara menggiring sapi, bagaimana cara merobohkan sapi, bagaimana cara memotong sapi, bagaimana cara menyayat kulit, memisahkan jerohan, membersihkan lemak dan menghilangkan tulang (deboning) dan kegiatan lainnya. Agar SEMUA SAMA DAN STANDAR. Apakah ini kaitannya hanya agar Indonesia bisa impor sapi lagi? Bagi saya, itu hanya salah satu tujuan kecil saja, tujuan yang paling utama adalah agar pola kerja di RPH menjadi lebih “sehat” untuk tujuan bisnis, dan produk yang dihasilkan bisa memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dan dapat diterima di semua segmen pasar. Bagi anda yang sudah hafal dengan pola kerja di RPH pasti paham dengan maksud saya, kalau belum pernah ke RPH, silahkan meluangkan waktu untuk melihat di RPH terdekat agar semakin yakin :).

 5. Revitalisasi pusat informasi komoditas sapi
Empat langkah sudah dilaksanakan secara simultan, perlahan dan konsisten, yaitu 1.) pasar hewan tradisional sebagai jantung utama sirkulasi perdagangan sapi rakyat sudah di-revitalisasi sehingga lebih sehat dan aman untuk jual beli sapi, 2.) pemerintah sudah memberikan proteksi harga sapi sehingga lebih stabil, tidak mudah goyah karena gempuran ternak impor atau daging impor sehingga bisnis sapi lebih “pasti”. Pada posisi ini saya memperkirakan jumlah pebisnis atau peternak sapi semakin tumbuh dan bertambah karena dirasa semakin menguntungkan. 3.) pelabuhan khusus ternak sudah dibangun dan layak, pada kondisi ini masing-masing pasar hewan atau peternak sapi di tiap daerah lintas pulau bisa berinteraksi dan melakukan bisnis secara lebih luas. Bisnis sapi semakin berkembang dan kuat. 4.) Harga sapi stabil, para jagal atau tengkulak daging semakin bersemangat menjalankan bisnis daging sapi, terlebih RPH sudah di-revitalisasi dan ter-standarisasi sistem kerjanya, sudah tidak ada lagi persentase karkas susut karena metode memotong karkas yang “URAKAN”. Selanjutnya adalah langkah terakhir, langkah ke-lima (5), kembali melakukan revitaliasi tetapi dalam hal pusat informasi komoditas ternak sapi. Langkah pamungkas ini bagi saya adalah polesan akhir, empowering yang akan mempercantik sistem perdagangan sapi di Indonesia. Karena melalui pusat informasi yang bagus, lengkap dan aksesibilitas tinggi, dapat membantu peternak bisa update informasi di banyak daerah dengan lebih mudah. Terlebih lagi saat ini, teknologi informasi sudah berada pada generasi 2.0 yang lebih canggih. Fenomena Facebook, Twitter dan Blog adalah buktinya. Peternak sapi Indonesia mantab Offline dan Online dan siap menuju masa depan yang lebih baik.

Nah, bagaimana menurut anda?.. 

*sumber gambar : http://www.123rf.com

3 comments:

  1. RSI SAKINAH MOJOKERTO telp/sms : +6285648280307

    ReplyDelete
  2. wah RSnya abah Djakfaril nih, apa kabar :)

    ReplyDelete
  3. info dunia ternak nya mantaps abis. .
    salam kenal dari sumedang mas..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...