Mumpung masih fresh, beberapa waktu yang lalu saya mengikuti sebuah kajian rutin. waktu itu tema kajian yang diangkat adalah tentang bagaimana peranan Allah SWT sebagai tuhan yang mengatur luas dan sempitnya rezeki manusia.
Disebutkan di dalam Al Qur'an surat Al Isra' ayat 30 “30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Hal ini kemudian membuat saya berpikir sejenak lebih dalam, ternyata kenyataan memang menunjukkan hal yang demikian. Misalkan ada dua orang sama-sama menjadi guru PNS maka rezekinya belum tentu sama meski gajinya sama, si A dengan gaji sama Rp. 1500.000,00/bulan ternyata dikaruniai Allah SWT dengan istri shalehah dan anak-anak yang sehat dan shaleh, sedangkan si B dengan gaji yang sama besarnya dengan si A dikaruniai istri shalehah tapi belum dikaruniai anak, tapi dikaruniai kesempatan memiliki usaha sampingan yang cukup sukses. Demikian masih banyak contoh lain yang bisa saya atau mungkin anda dapatkan di alam kenyataan ini, coba amati…
Mengintegrasikan antara bunyi QS Al Isra’ 30 dengan kenyataan akan menghasilkan buah kesimpulan bahwa dengan sudah ditetapkannya besar rezeki kita oleh Allah SWT maka tidak sepatutnya kita harus “selalu” menghitung-hitung pendapatan yang akan kita peroleh dalam satu hari ini, seminggu ke depan, 2 bulan ke depan atau mungkin beberapa tahun ke depan. Memperkirakan sih bisa saja karena itu bagian dari karunia berupa akal kita yang mampu untuk merencanakan suatu target dan strategi yang akan ditempuh, sehingga dalam melakukan suatu pekerjaan akan selalu termotivasi dan bersemangat. Intinya kita tetap merencanakan sebuah rencana dan target jitu (kerja cerdas), menjalankannya dengan bersemangat (kerja keras) dan menyerahkan seluruh hasil pekerjaaan kita kepada Allah SWT apakah baik atau buruk, diterima atau ditolak, besar atau kecil, rugi atau laba dan lain sebagainya (kerja ikhlas). Bagi yang sudah menonton film Kung Fu Panda, menemukan adegan yang sarat makna dimana Oogway si Kura-kura yang Bijak menasehati Po dengan kata-kata “Quit… don’t quit, noodles…don’t noodles, you’re too concern what was and what will be”. Keren ya nasehatnya…!?:) Kurang lebih maksud nasehat itu adalah kita tidak usah memperdulikan hasil akhir dari usaha kita nanti seperti apa, namun yang penting kita menjalankan dengan maksimal apa yang sudah ada di hadapan kita.
Sekeras apapun usaha kita, secerdas apapun pemikiran kita, kalau Allah SWT belum mengizinkan kesukesan bagi kita, maka kegagalanlah yang kita dapatkan. Meski secara logika probabilitas kesuseksan paling besar setelah factor kerja cerdas dan kerja keras dilakukan. Tapi sekali lagi ini semua sudah berada di tanganNya. Misalkan saya sendiri, sejak Agustus 2008 hingga 2 hari yang lalu saya sudah merencanakan dan mengerjakan konsep penelitian saya, tentunya setelah cukup sering berdiskusi dengan dosen, tapi proposal dan untuk seminar saja masih belum dibolehkanoleh dosen pendamping 2. Saya sendiri sempat marah dan jengkel, apalagi ketika seluruh substansi proposal saya diputar-putar dari konsep A yang benar menjadi konsep B yang benar. Nah setelah proses lebih dari 2 bulan, dan setelah didesak, pak dosen baru memberikan lampu hijau bagi saya untuk segera seminar dan penelitian dengan embel-embel catatan penting. Tapi bagi saya ini sebuah kesempatan dan rezeki berupa kemudahan dari Allah SWT untuk segera memproses tugas akhir. Dan saya pun meyakini ketika pasca penelitian nanti, cobaan yang lebih berat akan menanti saya, dan tidak akan mudah untuk mencapai kelulusan apalagi dengan nilai nyaris sempurna. Yang terpenting bagi saya saat ini ya berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian saya dengan kaidah ilmiah yang ada. Masalah nanti hasilnya tidak memuaskan, anggaplah itu pelajaran hidup. Toh hidup jadi tidak cukup menarik kalau kita selalu mendapatkan pujian atau prestasi tinggi, mungkin dengan cemoohan atau nilai yang belum optimal (minimal B lah ) akan membuat kita lebih giat me-musahabah-i diri sendiri.
Mengintegrasikan antara bunyi QS Al Isra’ 30 dengan kenyataan akan menghasilkan buah kesimpulan bahwa dengan sudah ditetapkannya besar rezeki kita oleh Allah SWT maka tidak sepatutnya kita harus “selalu” menghitung-hitung pendapatan yang akan kita peroleh dalam satu hari ini, seminggu ke depan, 2 bulan ke depan atau mungkin beberapa tahun ke depan. Memperkirakan sih bisa saja karena itu bagian dari karunia berupa akal kita yang mampu untuk merencanakan suatu target dan strategi yang akan ditempuh, sehingga dalam melakukan suatu pekerjaan akan selalu termotivasi dan bersemangat. Intinya kita tetap merencanakan sebuah rencana dan target jitu (kerja cerdas), menjalankannya dengan bersemangat (kerja keras) dan menyerahkan seluruh hasil pekerjaaan kita kepada Allah SWT apakah baik atau buruk, diterima atau ditolak, besar atau kecil, rugi atau laba dan lain sebagainya (kerja ikhlas). Bagi yang sudah menonton film Kung Fu Panda, menemukan adegan yang sarat makna dimana Oogway si Kura-kura yang Bijak menasehati Po dengan kata-kata “Quit… don’t quit, noodles…don’t noodles, you’re too concern what was and what will be”. Keren ya nasehatnya…!?:) Kurang lebih maksud nasehat itu adalah kita tidak usah memperdulikan hasil akhir dari usaha kita nanti seperti apa, namun yang penting kita menjalankan dengan maksimal apa yang sudah ada di hadapan kita.
Sekeras apapun usaha kita, secerdas apapun pemikiran kita, kalau Allah SWT belum mengizinkan kesukesan bagi kita, maka kegagalanlah yang kita dapatkan. Meski secara logika probabilitas kesuseksan paling besar setelah factor kerja cerdas dan kerja keras dilakukan. Tapi sekali lagi ini semua sudah berada di tanganNya. Misalkan saya sendiri, sejak Agustus 2008 hingga 2 hari yang lalu saya sudah merencanakan dan mengerjakan konsep penelitian saya, tentunya setelah cukup sering berdiskusi dengan dosen, tapi proposal dan untuk seminar saja masih belum dibolehkanoleh dosen pendamping 2. Saya sendiri sempat marah dan jengkel, apalagi ketika seluruh substansi proposal saya diputar-putar dari konsep A yang benar menjadi konsep B yang benar. Nah setelah proses lebih dari 2 bulan, dan setelah didesak, pak dosen baru memberikan lampu hijau bagi saya untuk segera seminar dan penelitian dengan embel-embel catatan penting. Tapi bagi saya ini sebuah kesempatan dan rezeki berupa kemudahan dari Allah SWT untuk segera memproses tugas akhir. Dan saya pun meyakini ketika pasca penelitian nanti, cobaan yang lebih berat akan menanti saya, dan tidak akan mudah untuk mencapai kelulusan apalagi dengan nilai nyaris sempurna. Yang terpenting bagi saya saat ini ya berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian saya dengan kaidah ilmiah yang ada. Masalah nanti hasilnya tidak memuaskan, anggaplah itu pelajaran hidup. Toh hidup jadi tidak cukup menarik kalau kita selalu mendapatkan pujian atau prestasi tinggi, mungkin dengan cemoohan atau nilai yang belum optimal (minimal B lah ) akan membuat kita lebih giat me-musahabah-i diri sendiri.
0 comments:
Post a Comment